
Berbeda Penemuan Patahan Gempa Cugenang BMKG Claim Data Lebih Komplet
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjawab kritikan atas zonesi patahan gempa atau Sesar Cugenang di Cianjur, Jawa Barat, yang berarah tenggara-barat laut. Dwikorita menjaga penemuan zonesi yang sudah dipublikasikan pada 8 Desember 2022 lalu, atau lebih dari dua minggu sesudah gempa M5,6 yang menghancurkan dan mematikan terjadi di teritori itu.
Gempa 2,9 Magnitudo Guncang Cianjur Masyarakat Berlarian ke Luar Rumah
Menurutnya, untuk dapat ketahui dan merasakan zonesi yang pas harus lewat riset dan survey penuh di atas lapangan. Dan itu, menurut Dwikorita, yang telah dilaksanakan team BMKG. “Tidak dapat cuma 1-2-3 hari untuk memperoleh data yang komplet,” ucapnya dalam pertemuan video bersama Majalah Tempo dan Tempo.co, Selasa 27 Desember 2022.
Dwikorita menambah, penemuan periset yang menyebutkan pusat gempa berarah berlainan, dan jadi sisi dari Sesar Cimandiri, ialah sama dengan penemuan awalnya team BMKG di atas lapangan. Tetapi, data waktu itu, ia mengatakan, sedikit terkumpul karena baru 2-3 hari riset.
Memandang diri sebagai instansi operasional dengan peruntukan bujet yang memberi dukungan, BMKG juga menambahkan panjang periode riset. Team disebutkan kumpulkan semakin banyak data memakai beragam alat dan sistem, terhitung photo udara.
Hasil analisis diaku dibanding dengan analisis citra satelit dari BRIN. Hasilnya di-claim sama. Juga dengan perbedaan dengan sistem GPS oleh Tubuh Info Geospasial. Atau, sistem geologi.
“Maknanya, ringkasan yang pertama kali harus diperbaharui,” ucapnya sekalian menambah, “Jadi saya mengerti periset itu…mungkin datanya yang terkumpul sama dengan saat riset awalnya BMKG.”
Dalam penemuannya, BMKG umumkan zone Sesar Cugenang sejauh 8-9 km, dimulai dari Dusun Nagrak sampai Ciherang dengan arah tenggara-barat laut. Adapun radius kanan-kirinya sepanjang 200-500 mtr. hingga keseluruhan luasan diakui 8,09 km persegi.
Diakui ada sekitaran 1.800 rumah yang perlu direlokasi datang dari daerah Dusun Talaga, Sarampad, Nagrak dan Cibulakan. Keempatnya disebutkan Daryono ada dalam zone bahaya Patahan Cugenang
Survey, Dwikorita menjelaskan, berdasar, diantaranya, proses fokal dan tebaran gempa-gempa susulan yang terjadi. apa yang disebutkan pelamparan kemenerusan retakan di atas tanah. Data tebaran kerusakan bangunan dan titik longsor yang muncul karena gempa itu ikut juga dihimpun dalam survey, dan kelurusan morfologi.
Penemuan itu berlainan dari tanda-tanda lajur patahan gempa atau sesar di teritori yang serupa yang didapatkan team periset dari BRIN dan ITB. Mereka mendapati lajurnya cenderung berarah barat-timur, bukan tenggara-barat laut sama seperti yang disingkap BMKG.
Dalam pengakuannya, periset gempa di BRIN, Danny Hilman Natawidjaja, memandang ringkasan BMKG masalah lajur sesar gempa Cianjur masih prematur. Dipertambahnya, riset retakan gempa sesar aktif di Cianjur tidak gampang karena sesar aktif belumlah diketahui awalnya. Selanjutnya, data retakan permukaan benar-benar kurang karena gempanya kecil.
“Dari retakan gempa yang dideteksi di atas lapangan itu ,” kata Danny, “Harus diteruskan dengan survey geofisika di permukaan, tes puritan dan beberapa sistem lain.”